Saturday, June 26, 2010

Sahabat Anak-anak Tuna Rungu

PEREMPUAN itu mendekatkan wajahnya ke cermin. Bibirnya terbuka lebar ketika melafalkan huruf B dengan suara sedikit nyaring. Seorang anak laki-laki, yang duduk persis di sampingnya, tak bereaksi apa-apa. Si anak mematut cermin, memperhatikan gerak bibir perempuan itu, mengernyitkan dahi, setelah itu menggelengkan kepala.

''Oke, sekarang kita coba pakai kertas ini,'' kata Riniatun, perempuan berjilbab biru yang duduk di depan cermin itu. Ia mengeluarkan potongan kertas kecil dari kantong celana olahraga yang dikenakannya. Dengan tetap menghadap cermin, kertas sepanjang sepuluh sentimeter itu didekatkan ke bibirnya sembari melafalkan huruf B. Kertas berayun ke depan dan ke belakang. Ada getaran di situ. Rafi, anak laki-laki yang duduk di samping kanannya, spontan mengikuti. ''B'', kata Rafi. Suaranya cukup jelas. 





Wednesday, June 23, 2010

Tusiran Merawat Pantun

BERKARYA dan menoreh prestasi dalam sunyi. Begitulah potret hidup sastrawan dan budayawan Tanjungpinang Tusiran Suseno. ''Saya sebenarnya tak suka ditulis-tulis media,'' katanya. ''Saya grogi kalau diwawancara.''

Jika kita membuka file pemberitaan media massa tentang kiprah sastrawan dan budayawan di Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir, nama Tusiran muncul, barangkali, tak lebih dari jumlah jari tangan. ''Bukan apa-apa, saya ini dulu wartawan. Kerja saya nanya-nanya kayak Anda ini. Sekarang kalau saya ditanya-tanya, jadi merasa nggak enak saja,'' ujarnya memberi alasan.