Monday, November 14, 2011

Ke Jantung Sejarah Malaysia

SUNGAI bersih dan tenang. Bangunan tua berarsitektur Eropa, yang terawat baik, berderet  di tepi kiri dan kanannya. Sebagian bangunan disulap jadi kafe. Orang-orang duduk di  sana menyeruput teh dan kopi, menanti senja, memandang perahu motor yang hilir mudik  di aliran sungai.

Ini bukan di Venezia, Italia yang sudah tersohor itu. Ini di Melaka, jantung sejarah negara  Malaysia. 



Melaka kini tumbuh sebagai kota tujuan wisata utama Malaysia. Ketua Menteri Melaka Ali  Mohd Rustam menyebutkan, pada tahun 2010 lalu jumlah kunjungan wisatawan ke Melaka  mencapai 10 juta orang. Sejarah dan budaya adalah andalan utama pariwisata Melaka.  "Mengunjungi sejarah Melaka berarti mengunjungi Malaysia". Itulah slogan yang diusung  Pemerintah Negara Bagian Melaka. Identitas sebagai "Kota Sejarah" makin kokoh setelah  badan PBB, UNESCO menetapkan Melaka sebagai "Kota Warisan Dunia" pada 2008.

Pemerintah Melaka tak setengah-setengah membenahi kotanya. Selain memugar  bangunan-bangunan tua dan bersejarah, mereka membangun trotoar dan jalur pejalan kaki  yang nyaman dan luas. Dengan fasilitas itu, para wisatawan yang ingin mengunjungi  berbagai objek wisata, khususnya di sekitar pusat kota, tidak perlu menggunakan  kendaraan.

Kebersihan kota juga sangat terjaga. Di beberapa kedai makan pinggir jalan, sulit  menemukan lalat di sana. Dan, tentu saja, tak ada gunungan sampah di sepanjang jalan,  seperti yang lazim kita dapati di kota-kota di Indonesia.

Mencari tempat menginap yang nyaman, juga bukan masalah besar. Di sekitar Rumah  Sakit Mahkota dan Dataran Pahlawan bertebaran hotel sederhana tapi nyaman bertarif 40  ringgit (Rp110 ribu) semalam.

Menyusuri aliran Sungai Melaka yang tepiannya disesaki bangunan tua bergaya Eropa dan  rumah-rumah Melayu klasik, adalah salah satu objek wisata andalan Melaka. Oleh  pemerintah setempat, program wisata ini dinamai River Cruise. Untuk menikmati aliran  sungai sepanjang 9 kilometer yang ditempuh selama 45 menit dengan perahu motor ini,  pengunjung cukup membeli tiket seharga 10 ringgit (Rp27.000).

Waktu paling pas menikmati River Cruise adalah petang hari saat cuaca sedang cerah.  Langit merah dan kelip lampu dari bangunan dan jembatan sepanjang aliran sungai adalah  pemandangan yang menakjubkan.

Tak jauh dari konter pembelian tiket River Cruise, terdapat Museum Samudera. Dari  namanya saja, museum ini sudah pasti identik dengan segala yang berkaitan dengan laut.  Karena itu, bangunan museum dibuat berbentuk kapal. Ini adalah replika kapal Flor de  Lamar, sebuah kapal milik bangsa Portugis yang terdampar di Selat Melaka pada zaman  kolonial. Di museum yang diresmikan tahun 1994 ini dipamerkan sejarah Kerajaan Melaka  di masa-masa keemasannya.

Pada malam hari, di seberang Museum Samudera, terdapat pasar malam yang menjual  aneka cenderamata buatan usaha kecil Malaysia. Di samping kiri pasar malam berdiri  Menara Taming Sari, semacam "Monas"-nya Melaka. Di malam hari, khususnya akhir  pekan, pelataran sekitar Taming Sari luar biasa ramainya. Wisatawan asing dan warga  Melaka berbaur menikmati malam di sana. Kedai-kedai makanan, dari masakan Melayu,  China, dan India, sangat mudah ditemukan. Beberapa menu, harganya bahkan lebih murah  dibanding di Batam. 

Sekitar 500 meter dari Taming Sari terdapat Dataran Pahlawan, alun-alun Kota Melaka.  Alun-alun ini dikepung pusat perbelanjaan moderen. Bahkan di bawah alun-alun juga ada  mall. Mereka yang ingin berbelanja bisa menyusuri satu per satu pusat perbelanjaan ini.

Menghadap ke Barat dari Dataran Pahlawan berdiri bangunan tua, yang kini difungsikan  sebagai Pusat Dokumentasi Kemerdekaan. Orang Melaka menyebutnya Memorial  Pengisytiharan Kemerdekaan. Bangunan sisa kolonialisme Inggris itu dibangun tahun 1911.  Kini di sana terdapat berbagai macam informasi dan benda-benda yang berkaitan dengan  sejarah kemerdekaan Malaysia.

Di sebelah kiri Memorial Pengisytiharan Kemerdekaan berdiri Gereja St Paul. Gereja berada  di atas bukit dengan keringgian sekitar 200 meter. Untuk mencapai gereja, wisatawan harus  meniti ratusan anak tangga. Di depan Gereja St Paul berdiri patung St Xavier yang terbuat  dari marmer Italia hasil karya seniman Italia G Tony. Di dalam gereja juga terdapat tulisan- tulisan di atas batu yang dibuat pada abad ke 17.

Ketua  Menteri Melaka Ali Mohd Rustam menyebutkan, pada tahun 2010 lalu jumlah  kunjungan wisatawan ke  Melaka mencapai 10 juta orang. Anggaran pendapatan dan  belanja Negara Bagian Melaka mencapai  Rp12 triliun per tahun. Dan, pariwisata adalah  salah satu penyumbang terbesar.

"Melaka telah tumbuh  menjadi destinasi utama para turis mancanegara. Karena itu, kita  patut berbangga," kata Ketua Menteri Melaka Ali Mohd Rustam, di Kompleks Kesultanan  Melaka. ***

No comments: