Wednesday, September 15, 2010

Di Sudut Penjara

DI SELA jeruji besi selebar 10 cm, di ruang besuk Lembaga Pemasyarakatan Batam, Senin (6/9), bibir itu beradu. Sebuah kecupan tanda perpisahan. Tak ada kata terucap. Hanya dua pasang bola mata saling menatap, menyiratkan harap bisa berjumpa lagi dalam waktu dekat. Dari balik jeruji, sesosok lelaki berkaus biru melambai kepada perempuan yang baru saja mengecup bibirnya. Setelah si perempuan menghilang di balik pintu penjaga, sang lelaki menyusup ke dalam lingkungan penjara.

Lima belas menit sebelum perpisahan yang mirip jalan cerita di novel cinta itu, keduanya berbincang mesra. Tangan mereka saling menggenggam di sela-sela jeruji penjara. Di sebelah mereka, seorang lelaki paruh baya, yang juga menghuni Lapas Batam, menerima kunjungan istri dan tiga orang anaknya. Istrinya bercerita tentang kelakuan satu per satu anak mereka. Tawa dan keceriaan pecah, meski hanya untuk sementara. Di ujung pertemuan, si istri menyerahkan tiga bungkusan berisi makanan. ''Bapak baik-baik di sini, ya,'' pesannya. 




Monday, August 30, 2010

Menjaga Bakau demi Anak Cucu

TAHUN 2003, saat pertama kali pindah ke Kavling Pancur Pelabuhan, Kelurahan Tanjungpiayu, Batam, Slamet seperti pulang ke desa. Maklumlah, sebelumnya Slamet tinggal di sebuah permukiman liar yang padat dan sumpek di sekitar Batam Center. ''(Saat itu) suasananya beda banget. Di sini masih benar-benar alami,'' katanya.

Sekitar seratus meter di belakang rumahnya, laut menghampar luas. Ratusan pohon bakau ukuran besar tumbuh di bibir pantai. ''Mirip hutan di kampung-kampung. Rimbun,'' ujar ayah empat anak kelahiran Yogyakarta itu. Di sela-sela akar bakau itulah, warga sekitar biasa memancing ikan sembilang atau lele laut. Ikan ini biasanya hidup di bagian laut yang dangkal. Di Kepulauan Riau, ikan sembilang adalah salah satu ikan favorit. Banyak rumah makan menyajikannya dalam bentuk asam pedas. 



Saturday, June 26, 2010

Sahabat Anak-anak Tuna Rungu

PEREMPUAN itu mendekatkan wajahnya ke cermin. Bibirnya terbuka lebar ketika melafalkan huruf B dengan suara sedikit nyaring. Seorang anak laki-laki, yang duduk persis di sampingnya, tak bereaksi apa-apa. Si anak mematut cermin, memperhatikan gerak bibir perempuan itu, mengernyitkan dahi, setelah itu menggelengkan kepala.

''Oke, sekarang kita coba pakai kertas ini,'' kata Riniatun, perempuan berjilbab biru yang duduk di depan cermin itu. Ia mengeluarkan potongan kertas kecil dari kantong celana olahraga yang dikenakannya. Dengan tetap menghadap cermin, kertas sepanjang sepuluh sentimeter itu didekatkan ke bibirnya sembari melafalkan huruf B. Kertas berayun ke depan dan ke belakang. Ada getaran di situ. Rafi, anak laki-laki yang duduk di samping kanannya, spontan mengikuti. ''B'', kata Rafi. Suaranya cukup jelas. 





Wednesday, June 23, 2010

Tusiran Merawat Pantun

BERKARYA dan menoreh prestasi dalam sunyi. Begitulah potret hidup sastrawan dan budayawan Tanjungpinang Tusiran Suseno. ''Saya sebenarnya tak suka ditulis-tulis media,'' katanya. ''Saya grogi kalau diwawancara.''

Jika kita membuka file pemberitaan media massa tentang kiprah sastrawan dan budayawan di Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir, nama Tusiran muncul, barangkali, tak lebih dari jumlah jari tangan. ''Bukan apa-apa, saya ini dulu wartawan. Kerja saya nanya-nanya kayak Anda ini. Sekarang kalau saya ditanya-tanya, jadi merasa nggak enak saja,'' ujarnya memberi alasan. 



Monday, April 26, 2010

Gerilya Menutup Dugaan Korupsi Bansos

AHMAD Dahlan berkali-kali mengucap istighfar. Wali Kota Batam itu tak sanggup menyembunyikan kecemasannya. ''Saya mohon maaf. Saya berjanji, komit untuk membenahi masalah-masalah yang terjadi. Itu komitmen saya,'' katanya. 
  
Hari itu, Kamis (15/4), di ruang kerjanya di lantai lima Kantor Wali Kota Batam, Dahlan menggelar pertemuan dengan pengurus Asosiasi Panti Asuhan (Aspan) Kota Batam. Menurut Ketua Yayasan Mama Syamsuri KH Syamsuddin, yang ikut dalam pertemuan itu, Dahlan meminta pengurus Aspan agar membatalkan rencana menggelar unjuk rasa menuntut kejelasan aliran dana bantuan sosial (bansos) untuk panti asuhan.  ''Wali Kota memohon-mohon supaya tidak ada unjuk rasa,'' ungkap Syamsuddin.



Monday, April 5, 2010

Nasib Pahit Tionghoa Kebun Karet

PADA sebuah meja di beranda rumahnya yang bersebelahan dengan dapur, di Seipancur, Kecamatan Seibeduk, Batam, pasangan suami-istri Thang Ajek dan Tang Alian melahap makan siang mereka, Kamis (1/4). Gulai ikan kuah kuning adalah satu-satunya menu yang terhidang, ditemani sepiring kecil sambal goreng. Dua ekor anjing piaraan lalu lalang dari kolong meja ke sudut-sudut beranda, tak mengusik kenikmatan santap siang tuan rumah. 


Tuesday, March 23, 2010

Redupnya Kilau Pulau Sambu

MENGENANG masa lalu bagi Safitri adalah beban yang berat, walau sederet peristiwa indah terekam jelas dalam ingatannya. ‘’Sedih rasanya kalau ingat zaman dulu. Semuanya indah. Rasanya ingin kembali, tapi kan nggak mungkin,’’ katanya. ‘’Saking bahagianya tinggal di sini, dulu saya sampai nggak ingin keluar dari Sambu,’’ ujarnya.


Wednesday, March 10, 2010

Teladan Buya Syafii

''Banyak orang bilang Anda orang yang sederhana.''
''Ah, ndak juga. Saya menikmati hidup juga.''
''Menikmati kemewahan juga?''
''Ya, istri saya kan pintar masak. Sesekali kami makan yang enak-enak juga.''


Tuesday, March 9, 2010

Nasib Kasus Dana Bansos

HARAPAN terakhir membuka seterang-terangnya dugaan korupsi dana bantuan sosial (Bansos) Kota Batam kini hanya tersisa di Kejaksaan Negeri Batam. Kepala Kejaksaan Batam Tatang Sutarna berjanji akan menuntaskan kasus tersebut, dan menyeret orang-orang yang terlibat ke proses hukum. Jangan sampai kasus Dana Bansos punya nasib yang sama dengan kasus bagi-bagi upah pungut di Dinas Pendapatan Daerah Kota Batam, yang mandek tak jelas muaranya. Jika ditelisik lebih jauh, kasus upah pungut dan kasus Dana Bansos melibatkan nama yang sama, orang kuat yang punya akses langsung ke sumber-sumber dana di Kota Batam, dan tentu saja bagian dari kekuasaan.


Thursday, March 4, 2010

Wiji Thukul

 TIBA-tiba teringat Wiji Thukul, penyair dan aktivis buruh asal Solo yang hilang diculik karena sajak-sajaknya meresahkan penguasa. Sajak-sajak Wiji Thukul masih amat relevan dengan situasi saat ini: pemimpin yang mengaku bertanggung jawab, tapi buang badan ketika kerja anak buahnya ada yang mempermasalahkan; mengaku idealis, tapi kebenaran yang dipegangnya gampang goyah karena lobi dan bujuk rayu, pikirannya mudah disetir orang lain; pintar beretorika soal kepemimpinan yang baik, tapi buruk dalam memimpin; sok tegas, tapi sesungguhnya tak bisa menyembunyikan wajah ragu-ragu dan ambigu; menyebut diri ksatria, tapi takut mengambil risiko.


Monday, February 22, 2010

Jalan Panjang Mbak Uti

IA pamit setahun lalu, setelah empat bulan bekerja di rumah kami: memasak, bersih-bersih, dan menjaga anak kami. Empat bulan bukanlah waktu yang lama. Tapi, bagi kami, yang sudah berganti empat orang pembantu rumah tangga sejak 2006, dialah yang paling mengesankan. Kerjanya tangkas dan rapi. Masakannya bersih dan enak.


Saturday, January 23, 2010

Duka dalam Sepotong Kaos Bola

Menelusuri kematian tahanan bawah umur di Polsek Batam Kota, Josua Michael Sinaga. Banyak perbedaan antara keterangan polisi dengan keterangan keluarga dan saksi-saksi.

RABU 23 Desember 2009 dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, Josua Michael Sinaga (17) berada di dalam bengkel milik Hartono Surbakti, di kawasan Simpang Franky, Batam Center. Entah apa yang dia lakukan di situ. Tapi, Aleksander Sembiring, anak buah Hartono tak nyaman dengan kehadiran anak muda yang tak dikenalnya itu. Perasaannya tak enak. Nalurinya mengatakan, Josua berniat mencuri. Bersama temannya, Jefri Tarigan, Aleksander menegur Josua dan memintanya pergi.


Thursday, January 21, 2010

Sate Pelanduk Gelora


WARUNG Sate Pelanduk Gelora terletak di Satuan Permukiman, warga Ranai biasa menyebutnya SP3. Ini adalah daerah para transmigran. Masuk dalam Kelurahan Batubi, Kecamatan Bunguran Timur. Dari pusat Kota Ranai, kira-kira butuh 20 menit perjalanan dengan mobil untuk sampai ke sana.