Thursday, August 28, 2008

Calon Pemimpin


TAHUN 2002 Presiden Megawati Soekarnoputri menandatangani kontrak jual beli gas alam cair (LNG) yang diproduksi di Lapangan Tangguh, Papua dengan Pemerintah China. Mega, yang mengaku sangat nasionalis itu, sepakat memberikan harga jual kepada China sebesar 3,3 dolar AS per MMBTU. Masa kontrak berlaku selama 20 tahun.


Seperti dilaporkan banyak media, dalam perjanjian itu, Mega yang kini mencalonkan diri lagi jadi presiden, tidak mencantumkan klausul umum yang berlaku dalam kontrak jual beli gas dunia, yaitu, harga gas akan mengikuti perkembangan harga minyak dunia. Artinya, harga 3,3 dolar AS per MMBTU itu adalah harga mati.

Saat ini, harga gas di pasar dunia, seiring melonjaknya harga minyak mentah, mencapai 20 dolar AS per MMBTU. Dengan klausul kontrak yang seperti itu, jelas bangsa ini rugi besar.

Sebagai warga negara, yang pernah dipimpin oleh Megawati, aku kadang tanya-tanya dalam hati (karena nggak bisa tanya langsung sama Megawati), apa yang ada di benaknya saat proses negosiasi harga berlangsung? Kesannya, kok segampang itu pemimpin kita dikadali oleh China. Ini sejarah yang benar-benar memalukan.

Di Wikipedia disebutkan, perdagangan LNG sebagian besar dilakukan berdasarkan kontrak jangka panjang 20 tahun atau lebih. Meskipun demikian, saat ini juga telah terdapat kontrak jangka menengah 3 sampai 10 tahun. Kenapa Megawati nggak milih kontrak jangka menengah, apabila klausulnya mati seperti itu. Emangnya nggak mikir apa ya kalau harga minyak dunia itu sangat fluktuatif?

Megawati, siapa juru bisik Anda saat itu?

Sekarang aku hanya bisa bilang, kalau pun menggunakan hak pilih pada pemilihan presiden 2009 nanti, nggak bakalan aku milih Megawati. Aku juga sarankan Anda untuk tidak memilih (calon) pemimpin seperti ini. Kita perlu pemimpin yang integritasnya punya wujud, bukan sebatas kata-kata. Pemimpin yang ketika kekeliruannya terungkap tak hanya sibuk membela diri dan menyeret-nyeret orang lain, melainkan tampil mengakui kekhilafan dan memberi penjelasan. ***


No comments: